Menurut laporan tersebut, para diplomat AS menyebut para jenderal senior India sombong, egois, serta pembunuh.
Mereka menyebut pemerintah India diam-diam beraliansi dengan kaum fundamentalis Hindu, dan mereka mengklaim bahwa mata-mata India diam-diam mendukung militan di kawasan suku Pakistan dan Baluchistan.
"Ada cukup bukti mengenai keterlibatan India di Waziristan, Baluchistan," demikian dilaporkan di halaman depan News, berita yang nyaris sama muncul di harian berbahasa Urdu, Jang, koran terlaris di Pakistan.
Jika benar, pengungkapan tersebut akan membenarkan kekhawatiran terbesar Pakistan dan mengancam hubungan antara Washington dan New Delhi. Tapi, informasi tersebut tidak akurat.
Setelah media Inggris, Guardian, melakukan penelusuran secara menyeluruh terhadap database WikiLeaks dengan menggunakan tanggal, nama, dan kata kunci, tidak dapat ditemukan adanya tuduhan-tuduhan tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa kasus ini merupakan pertama kalinya WikiLeaks dieksploitasi untuk tujuan propaganda.
Klaim kontroversial yang dipublikasikan empat surat kabar nasional Pakitstan tersebut mengutip informasi dari kantor berita Online, sebuah layanan pemberitaan yang berbasis di Pakistan yang sebelumnya dikenal sering melaporkan berita promiliter. Tidak disebutkan nama jurnalis yang menulis kabar itu.
Shaheen Sehbai, editor kelompok News, menyebut bahwa berita itu disalin dan mengatakan akan menyelidiki asal muasalnya.
Kejadian itu sejalan dengan reaksi luas Pakistan terhadap WikiLeaks sejak kawat-kawat pertama mulai dibocorkan.
Di Barat, laporan berfokus pada kekhawatiran AS atas keamanan cadangan senjata nuklir Pakistan atau dukungan yang diberikan militer terhadap militan seperti Taliban Afghanistan dan Lashkar-e-Taiba, kelompok yang disalahkan atas serangan Mumbai.
Tapi, media Pakistan mencoba menghindari pemberitaan-pemberitaan tersebut dan menyoroti militer Pakistan secara negatif dan justru berfokus pada kelemahan dari para politikus negara tersebut yang dikenal lemah.
Para editor mendorong kabar-kabar yang berfokus pada Presiden Asif Ali Zardari yang perhatiannya lebih banyak tercurah pada kematiannya, dukungan diam-diam yang diberikan Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani terhadap serangan drone CIA dan kisah mengenai penghasut yang menjilat duta besar AS.
Di kalangan masyarakat, pemberitaan tersebut semakin mempertegas persepsi bahwa para pemimpin Pakistan tunduk pada kekuatan Amerika.
"Pakistan telah menjadi negara boneka terbesar di dunia," tulis mantan diplomat Asif Ezdi pekan lalu.
Para pemimpin militer dan politik yang dikabarkan terpecah dengan bocoran telegram tersebut, sama-sama membantahnya.
"Jangan percaya WikiLeaks," kata Gilani kepada para wartawan di Kabul akhir pekan lalu. Presiden Afghanistan Hamid Karzai yang ada di sebelahnya mengangguk.
Pada hari Sabtu, militer membantah klaim bahwa kepala militer Jenderal Ashfaq Kayani tidak memercayai pemimpin oposisi Nawaz Sharif.
Sementara itu, sejumlah kalangan – termasuk jurnalis – menyatakan bahwa Washington diam-diam membocorkan kawat-kawat diplomatik sebagai bagian dari upaya mendiskreditkan dunia Islam, duta besar Arab Saudi menyebut pembocoran itu propaganda.Sumber: http://www.suaramedia.com/berita-dunia/asia/34156-demi-jegal-india-pakistan-palsukan-wikileaks.html
0 komentar:
Posting Komentar